KATA ( اَلْكَلِمَةُ)
A.
Pengertian
Kata (اَلْكَلِمَةُ)
Kata
adalah lafaz yang mengandung makna tunggal.
B.
Pembagian
Kata (اَلْكَلِمَةُ)
Kata terbagi kepada tiga:
1.
Isim
(اسم)
a.
Pengertian
Isim
Isim adalah
segala sesuatu yang mengandung makna sendiri dan tidak berkaitan dengan masa
atau waktu.
b.
Tanda-tanda
Isim
Isim
mempunyai Enam tanda, satu khusus untuk tanda Isim yang bergabung dengan Fi’il
(Isim Dhamir) yaitu meceritakan tentang subjek (pelaku) suatu perbuatan, contoh: كَتَبْتُ (Saya telah menulis), “تُ" dalam contoh diatas adalah pelaku “كتب”.”تُ”
itulah yang dikatakan Isim, karena ia menceritakan pelaku “كتب”.
Dan lima
khusus untuk tanda Isim yang tidak bergabung dengan Fi’il, tiga berada di awal, yaitu:
1. Ber-alif
lam (ال),
contoh: اَلْبَيْتُ
(rumah). Diketahui bahwa بَيْتُ itu Isim karen ia ber-alif lam.
2. Didahului
oleh salah satu Huruf yang bertugas men-jar-kan Isim, seperti Huruf Jar, Huruf
Sumpah (Huruf yang berarti “demi”), dan sebagainya,
contoh: أَذْهَبُ إِلَى مَكَّةَ (Saya pergi ke Kota Makkah). Diketahui bahwa مَكَّة
adalah Isim karena didahului oleh salah satu Huruf Jar yaitu إِلَى.
3. Didahului
oleh salah satu Huruf Nida’ (Huruf yang digunakan untuk menyeru), contoh: يَا رَسُوْلَ اللهِ (wahai utusan Allah). Diketahui bahwa رَسُوْلَ
adalah Isim karena didahului oleh salah satu Huruf Nida’, yaitu يَا.
Dua berada di akhir, yaitu:
4. Ber-tanwin
(ً, ٍ
dan ٌ), contoh:قَمَرٌ (bulan),
diketahui bahwa قَمَرٌ adalah Isim karena ber-tanwin yaitu ٌ.
5. Ber-kasrah
(ِ), contoh: ...حَتَّى مَطْلَعِ.... , diketahui bahwa مَطْلَعِ adalah Isim karena ia berkasrah yaitu ِ .
c.
Yang
termasuk Isim
1. Nama
daerah (Negara, Kota, Desa, dan sebagainya), contoh: سُوْدَانُ
2. Nama
seseorang dan hal-
hal yang berkaitan dengannya, contoh: مُحَمَّدٌ ,
yang berkaitan dengannya, seperti: رَسُوْلٌ، نَبِيٌّ
3. Nama
tumbuh-tumbuhan (sayuran, buah-buahan, dan sebagainya), contoh: تُفَاحٌ
(apel)
4. Nama
benda padat, contoh: قَلَمٌ (pena)
5. Nama
benda cair, contoh: مَاءٌ (air)
6. Nama
hal-hal yang bersifat abstrak (seperti perasaan), contoh: اَلْخَوْفُ (takut)
7. Nama
hewan, contoh: أَسَدٌ
(singa)
8. Nama
warna, contoh:أَسْوَادٌ (hitam).
d.
Pembagian
Isim
Pembagian Isim dilihat dari segi Jumlahnya ada
Tiga, yaitu:
1) Isim
Mufrad adalah Isim yang mengandung makna satu, contoh: طَالِبٌ (seorang siswa), طَالِبَةٌ (seorang siswi).
2) Isim
Musanna adalah Isim yang menunjukkan makna dua dengan menambahkan انِ
atau يْنِ
pada Mufrad-nya, contoh: طَالِبَانِ (dua orang siswa), طَالِبَيْنِ (dua orang siswa).
Dan baris huruf sebelum انِ atau يْنِ mesti َ.
Cara
membuat isim musanna:
-
Ambil bentuk
mufradnya, seperti: طَالِبٌ atau طَالِبَةٌ.
-
Tambah انِ
atau يْنِ,
menjadi: طَالِبٌانِ
atau طَالِبٌيْنِ
atau طَالِبَةٌانِ
atau طَالِبَةٌيْنِ
-
Mengubah baris huruf
sebelum انِ
atau يْنِ
kepada baris َ .
maka menjadi طَالِبَانِ
atau طَالِبَيْنِ
atau طَالِبَةَانِ
atau طَالِبَةَيْنِ
-
Apabila bentuk
mufradnya diambil dari mufrad muannas maka ta’ marbuthah (ة/ـــة)
mesti diganti dengan ta’ mabsuthah/maftuhah (ت), maka menjadi طَالِبَتَانِ atau طَالِبَتَيْنِ
3) Isim
Jama’ adalah Isim yang mengandung makna lebih dari dua, contoh:طَالِبُوْنَ
(beberapa orang siswa), طُلاَّبٌ (beberapa orang siswa, طَالِبَاتٌ
(beberapa orang siswi).
Jama’
ada tiga macam, yaitu:
a)
Jama’ Muzakkar Salim
adalah bentuk mufrad yang mendapat tambahan وْنَ atau يْنَ diakhir bentuk mufrad tersebut dan
mengganti baris huruf sebelum وْنَ dengan ُ atau يْنَ dengan ِ , contoh: طَالِبُوْنَ bentuk mufradnya adalah طَالِبٌ
. Cara membuat jama’ muzakkar salim:
-
Ambil bentuk mufrad,
seperti: طَالِبٌ
-
Tambah وْنَ
atau يْنَ di
akhirnya, seperti: طَالِبٌوْنَ/ طَالِبٌيْنَ
-
Mengubah baris huruf
sebelum وْن
menjadi ُ, maka
jadilah طَالِبٌوْن
menjadi طَالِبُوْن
dan mengubah baris sebelum يْنَ menjadi ِ, maka طَالِبٌيْنَ menjadi طَالِبِيْنَ.
b) Jama’
Mu’annas Salim adalah bentuk mufrad yang mendapat tambahan atau ganti ات di
akhir bentuk mufrad tersebut, contoh: طَالِبَاتٌ bentuk mufrad muzakkar-nya adalah طَالِبٌ.
Cara
membuat jama’ mua’nnas salim:
1. Jika
diambil dari bentuk mufrad muzakkar, maka berlaku cara sebagai berikut:
-
Ambil bentuk mufrad
muzakkar-nya, seperti: طَالِبٌ
-
Tambah ات
diakhirnya, seperti: طَالِبٌاتٌ
-
Berlaku seperti cara
membuat jama’ muzakkar salim diatas, maka jadilah طَالِبَاتٌ.
2. Jika
diambil dari bentuk mufrad mu’annas, maka berlaku cara sebagai berikut:
-
Ambil bentuk mufrad
muannas-nya, seperti: طَالِبَة
-
Ganti ـــةٌ
dengan ات,
maka jadilah طَالِبَاتٌ.
c) Jama’
Taksir adalah bentuk mufrad yang berubah bentuk, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
-
Adakalanya bentuk
mufrad tersebut bertambah, seperti: أَقْلاَمٌ (beberpa buah pena), bentuk mufrad-nya
adalah قَلَمٌ
. Diketahui bahwa ada penambahan أ diawal dan ا diantara huruf ل dan م.
-
Adakalanya bentuk
mufrad tersebut berkurang, seperti: رُسُلٌ (beberapa utusan), bentuk mufradnya adalah
رَسُوْلٌ
(satu utusan). Diketahui bahwa ada pengurangan huruf وْ diantara huruf س dan ل.
-
Adakalanya bentuk
mufrad tersebut berubah baris, seperti: أُسُدٌ (beberapa ekor singa), bentuk mufadnya
adalah أَسَدٌ
(seekor singa). Diketahui bahwa ada perubahan baris َ kepada ُ pada huruf أ dan س.
Dilihat dari
segi makna ada dua, yaitu:
1) Isim
Ma’rifah adalah isim yang mengandung makna khusus, isim ma’rifah ada tujuh
macam, yaitu:
-
Isim ‘Alam (nama
orang, nama daerah, dan sebagainya), contoh: مُحَمَّدٌ , Diketahui bahwa مُحَمَّدٌ adalah Rasulullah saw. tidak mungkin مُحَمَّدٌ
selain Rasulullah saw.
-
Isim Dhamir (kata
ganti orang), contoh: أَنْتَ (engkau). Diketahui bahwa apabila ada orang yang mengatakan أَنْتَ
kepada seseorang, orang itu tidak mungkin menganggap bahwa yang ditunjuk itu
orang lain.
-
Isim Isyarah (kata
tunjuk), contoh: هَذَا (ini). Diketahui bahwa apabila ada orang yang mengatakan هَذَا
kepada sesuatu, kita menganggap bahwa yang ditunjuk itu yang lain.
-
Isim Maushul (kata
penghubung), contoh: اَلّذِيْ (yang).
-
Isim yang ber-alif
lam, contoh: اَلْمَسْجِدُ
(mesjid itu).
-
Isim yang Bergabung
dengan Isim ‘alam, isim dhamir, isim isyarah, isim maushul dan dengan isim yang
ber-alif lam, contoh: رَسوْلُ اللهِ (utusan Allah). Diketahui bahwa isim yang bergabung itu adalah رَسوْل
dan الله
adalah isim yang ber-alif lam.
-
Isim yang didahului
oleh oleh huruf nida’, contoh: يَارَجُلٌ (wahai laki-laki).
2) Isim
Nakirah adalah isim yang mengandung makna umum, contoh: بَابٌ (pintu), apabila dikatakan بَابٌ,
masih ada pertanyaan dalam pikiran; pintu yang mana?.
Dilihat dari segi
jenis ada dua, yaitu:
(1) Isim
Muzakkar adalah isim yang tidak memiliki tanda mu’annas, contoh: بَيْتٌ
(rumah), diketahui bahwa contoh ini tidak mengandung tanda mu’annas.
Muzakkar
ada dua, yaitu:
-
Muzakkar hakiki
(manusia dan hewan), contoh: رَجُلٌ (laki-laki), طَيْرٌ (burung).
-
Muzakkar majazi
(dihukumkan), contoh: بَدْرٌ.
(2) Isim
Mu’annas adalah isim yang memiliki tanda mu’annas, contoh: اَلْبَقَرَةُ (lembu betina). Diketahui bahwa اَلْبَقَرَةُ
adalah isim mu’annas karena memiliki tanda mua’nnas yaitu ta’ marbuthah (ة/ـــة).
Mu’annas
ada empat, yaitu:
-
Mu’annas lafzhi
(mu’annas yang memiliki tanda), contoh: هُرَيْرَةُ أبُوْ (nama salah seorang ulama hadis),
diketahui bahwa هُرَيْرَةُ أبُوْ adalah muannas lafzhi karena ia memiliki
tanda muannas walaupun dia seorang laki-laki.
-
Mu’annas Ma’nawi
(secara makna), contoh: هِنْدٌ (nama Istri Abu Sufyan), diketahui bahwa هِنْد adalah mu’annas ma’nawi walaupun tidak
memiliki tanda muannas.
-
Mu’annas hakiki,
contoh: امْرَأَةٌ
(perempuan).
-
Mu’annas majazi,
contoh: عَيْنٌ (mata). Diketahui bahwa عَيْنٌ
adalah mu’annas majazi karena عَيْنٌ merupakan isim yang berpasangan.
Isim dilihat dari
segi bina ada dua, yaitu:
1) Isim
Mu’rab adalah isim yang mengalami perubahan baris akhirnya karena masuk ‘amil
yang bisa merubah baris awalnya, contoh: مِنَ اْلمَسْجِدِ (dari mesjid), awalnya adalah: مِنْ
dan اْلمَسْجِدُ . karena اْلمَسْجِدُ adalah isim yang mu’rab maka yang awalnya دُ
menjadi دِ
karena masuk مِن .
2) Isim
Mabni adalah isim yang tidak mengalami perubahan baris akhirnya walaupun masuk
‘amil yang bisa merubah (barisnya tetap). Contoh: مِنْ أَيْنَ...؟ (darimana....?). diketahui bahwa أَيْنَ
adalah isim mabni karena walaupun dimasuki oleh مِن baris نَ tetap bukan berubah menjadi نِ.
Yang
termasuk isim mu’rab dan isim mabni:
Semua isim
adalah mu’rab kecuali sebelas macam isim, isim yang sebelas ini adalah termasuk
isim mabni, yaitu:
-
Isim dhamir, contoh: مِنْهُ (darinya).
-
Isim isyarah,
contoh: كَذَلِكَ
(seperti itu).
-
Isim maushul,
contoh: الذي
-
Isim istifham (kata
tanya), contoh: هَلْ (adakah).
-
Isim syarat, contoh:
إِذَا
(jika).
-
Isim fi’il (isim
yang bermakna fi’il), contoh: أَمِيْنَ (perkenankanlah).
-
Isim bunyi, contoh: وَيْه
(bunyi orang yang sedang capek).
-
Isim ‘alam (nama
orang-orang asing), contoh: أَنْطَا (Anto).
-
Sebagian zharaf
(apabila tidak bergabung dengan isim yang lain atau tidak ber-alif lam, contoh:
صَبَاحَ
(pagi-pagi).
-
Isim alam yang
diakhiri dengan وَيْه.
Isim dilihat dari
segi asalnya ada dua, yaitu:
a. Isim
Jamid adalah Isim yang tidak diambil dari Fi’il (bukan isim hasil tashrif-an).
Contoh: حَجَرٌ
(batu).
b. Isim
Musytaq adalah Isim yang diambil dari Fi’il (isim hasil tashrif-an). Contoh: عَالِمٌ
(orang yang mengetahui).
Isim
musytaq ada sepuluh macam, yaitu:
1) Mashdar
(isim yang berasal dari tashrif fi’il yang ketiga) dan Isim Mashdar, contoh: عِلْمًا
(pengetahuan)-عَلاَمَةً
(tanda).
2) Isim
Fa’il adalah isim yang berasal dari tasrif fi’il yang keempat, contoh: عَالِمٌ
3) Isim
maf’ul adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang kelima, contoh: مَعْلُوْمٌ
(yang diketahui).
4) Sifat
Musyabbahah, contoh: قَرِيْبٌ (dekat).
5) Mubalaghah
Isim Fa’il adalah isim fa’il yang mengandung makna “sangat atau yang semisal”,
contoh: غَفَّارٌ
(maha pengampun).
6) Isim
Tafdhil adalah isim yang mengandung makna “lebih” atau “paling”, contoh: أَجْمَلُ
(lebih cantik).
7) Isim
zaman adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang kedelapan, contoh: مَدْخَلٌ (waktu masuk).
8) Isim
makan adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang kesembilan, contoh: مَخْرَجٌ
(tempat keluar).
9) Mashdar
mimiy, contoh: مُطْلَقٌ
(semata-mata).
10) Isim
alat adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang kesepuluh, contoh: مِصْبَاحٌ (lampu-alat penerang-).
Isim
dilihat dari segi boleh atau tidaknya bertanwi ada dua, yaitu:
a. Isim
yang boleh bertanwin, seperti: بَحْرٌ (lautan).
b. Isim
yang tidak boleh bertanwin, seperti: يُوْسُفُ (Nabi Yusuf).
2.
Fi’il
(فعل)
a.
Pengertian
Fi’il
Fi’il adalah segala
sesuatu yang mengandung makna sendiri dan berkaitan dengan masa atau waktu.
b.
Tanda-tanda
Fi’il
Fi’il
mempunyai Enam tanda, yaitu:
1. Didahului
oleh قَدْ ,
tanda ini masuk pada Fi’il Madhi dan Mudhari’ saja, jika masuk pada fi’il madhi
maka berarti “sungguh”, contoh: قَدْ قَامَ (sungguh ia telah berdiri). Diketahui
bahawa قَامَ
adalah fi’il karena didahului oleh قَدْ . Dan jika masuk pada fi’il mudhari’
berarti “kadang-kadang”, contoh:
قَدْ يُصَلِّى (kadang-kadang dia shalat). Diketahui
bahwa يُصَلِّى
adalah fi’il karena didahului oleh قَد.
2. Didahului
oleh سِيْن ,
tanda ini khusus untuk fi’il mudhari’ saja, tanda ini bermakna untuk masa akan
datang yang dekat, contoh: سَيَعْلَمُ (-sebentar lagi-dia akan mengetahui). Diketahui bahwa يَعْلَم
adalah fi’il karena didahului oleh سِيْن.
3. Didahului
oleh سَوْفَ
, tanda ini khusus untuk fi’il mudhari’ saja, tanda ini bermakna untuk masa
akan datang yang jauh, contoh: سَوْفَ يَعْلَمُ (-nanti-dia akan mengetahui). Diketahui
bahwa يَعْلَمُ
adalah fi’il karena didahului oleh سَوْفَ.
4. Terdapat
ta’ sukun untuk mu’annas, tanda ini khusus untuk fi’il madhi saja, contoh: قَامَتْ
, (dia-perempuan-telah berdiri). Diketahui bahwa قَامَ adalah fi’il karena terdapat تْ
padanya.
5. Terdapat
ta’ dhamir sebagai subjek fi’il, contoh: قَرَأْتَ (engkau telah membaca). Diketahui bahwa قَرَأْ
adalah fi’il karena terdapat ta’ dhamir sebagia subjek fi’il yaitu تَ.
6. Terdapat
Nun Taukid (nun yang bermakna “sungguh”), contoh: نَكُوْنَنَّ...... (-sungguh- kami akan menjadi......). Diketahui bahwa نَكُوْنَ adalah fi’il karen terdapat nun taukid
padanya yaitu نَّ.
Nun Taukid itu ada dua macam,
yaitu Nun Taukid Khafifah (نْ), contoh: يَكْتُبَنْ dan Nun Taukid Tsaqilah (seperti contoh diatas).
c.
Pembagian
Fi’il
3.
Huruf
(حرف)
Sebagian
tanda-tanda Isim di atas dalam satu kata hanya boleh satu tanda, hukum ini
berlaku pada:
a.
Tanda Isim yang menceritakan tentang
subjek suatu perbuatan.
b. Apabila
sudah ber-alif lam, maka tidak boleh ber-tanwin, dan sebaliknya.