Rabu, 31 Desember 2014

seputar jenazah



SEDIKIT DO’A-DO’A YANG BERKAITAN DENGAN MUSHIBAH DAN JENAZAH
1.    Bacaan Ketika Ditimpa Mushibah
Artinya: tidak ada seorang muslim yang ditimpa mushibah, maka dia mengucapkan “innalillahi wa inna ilaihi roji’un allahumma’jurni fi mushibati wa akhlifli khoiron minha” sesunnguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepadanya, ya allah berilah aku pahala atas mushibahku ini dan berikanlah ganti untukku dengan yang lebih baik, kecuali Allah ganti mushibah itu dengan pahala yang lebih baik.
Ket: dalam hadis Bukhari lafaz “allahumma’jurni” adalah “allahumma aajirni”
2.    Bacaan Ketika Melihat Wajah Mayat
Ket: 1. Lafaz Abu Salamah di ganti dengan nama mayat, seperti
اَللَّهُمَّ اْغفِرْ لِمَسْعُوْدٍ......
        2. Jika mayatnya perempuan lafaz ـــهُ dan هُ diganti dengan .هَا
3. Bacaan Ketika Masuk Daerah Pemakaman
Artinya: ketika memasuku daerah pemakaman maka bacalah: “Assalamu’alaikum...............................bikum lalaahiqun”.
Sumber: Kitab Hadis Shahih Muslim halaman 408-409 dan 433
                Kitab Hadis Shahih Bukhari
-Semoga Bermanfa’at dan Menjadi ‘Amal Jariyah-

belajar bahasa arab dasar



KATA ( اَلْكَلِمَةُ)
A.    Pengertian Kata (اَلْكَلِمَةُ)
Kata adalah lafaz yang mengandung makna tunggal.
B.     Pembagian Kata (اَلْكَلِمَةُ)
Kata terbagi kepada tiga:
1.      Isim (اسم)
a.      Pengertian Isim
Isim adalah segala sesuatu yang mengandung makna sendiri dan tidak berkaitan dengan masa atau waktu.
b.      Tanda-tanda Isim
Isim mempunyai Enam tanda, satu khusus untuk tanda Isim yang bergabung dengan Fi’il (Isim Dhamir) yaitu meceritakan tentang subjek (pelaku) suatu perbuatan, contoh: كَتَبْتُ (Saya telah menulis), “تُ" dalam contoh diatas adalah pelaku “كتب”.”تُ” itulah yang dikatakan Isim, karena ia menceritakan pelaku “كتب”.
Dan lima khusus untuk tanda Isim yang tidak bergabung dengan  Fi’il, tiga berada di awal, yaitu:
1.      Ber-alif lam (ال), contoh: اَلْبَيْتُ (rumah). Diketahui bahwa بَيْتُ itu Isim karen ia ber-alif lam.
2.      Didahului oleh salah satu Huruf yang bertugas men-jar-kan Isim, seperti Huruf Jar, Huruf Sumpah (Huruf yang berarti “demi”), dan sebagainya,[1] contoh: أَذْهَبُ إِلَى مَكَّةَ (Saya pergi ke Kota Makkah). Diketahui bahwa مَكَّة adalah Isim karena didahului oleh salah satu Huruf Jar yaitu إِلَى.
3.      Didahului oleh salah satu Huruf Nida’ (Huruf yang digunakan untuk menyeru), contoh: يَا رَسُوْلَ اللهِ (wahai utusan Allah). Diketahui bahwa رَسُوْلَ adalah Isim karena didahului oleh salah satu Huruf Nida’, yaitu يَا.

Dua berada di akhir, yaitu:
4.      Ber-tanwin (ً, ٍ dan ٌ), contoh:قَمَرٌ  (bulan), diketahui bahwa قَمَرٌ adalah Isim karena ber-tanwin yaitu ٌ.
5.      Ber-kasrah (ِ), contoh: ...حَتَّى مَطْلَعِ.... , diketahui bahwa مَطْلَعِ adalah Isim karena ia berkasrah yaitu ِ .[2]
c.      Yang termasuk Isim
1.      Nama daerah (Negara, Kota, Desa, dan sebagainya), contoh: سُوْدَانُ
2.      Nama seseorang dan  hal- hal  yang berkaitan dengannya, contoh: مُحَمَّدٌ , yang berkaitan dengannya, seperti: رَسُوْلٌ، نَبِيٌّ
3.      Nama tumbuh-tumbuhan (sayuran, buah-buahan, dan sebagainya), contoh: تُفَاحٌ (apel)
4.      Nama benda padat, contoh: قَلَمٌ (pena)
5.      Nama benda cair, contoh: مَاءٌ (air)
6.      Nama hal-hal yang bersifat abstrak (seperti perasaan), contoh: اَلْخَوْفُ (takut)
7.      Nama hewan, contoh: أَسَدٌ (singa)
8.      Nama warna, contoh:أَسْوَادٌ  (hitam).
d.      Pembagian Isim
Pembagian Isim dilihat dari segi Jumlahnya ada Tiga, yaitu:
1)      Isim Mufrad adalah Isim yang mengandung makna satu, contoh: طَالِبٌ (seorang siswa), طَالِبَةٌ (seorang siswi).
2)      Isim Musanna adalah Isim yang menunjukkan makna dua dengan menambahkan انِ atau يْنِ pada Mufrad-nya, contoh: طَالِبَانِ (dua orang siswa), طَالِبَيْنِ (dua orang siswa).[3] Dan baris huruf sebelum انِ atau يْنِ mesti َ.
Cara membuat isim musanna:
-         Ambil bentuk mufradnya, seperti: طَالِبٌ atau طَالِبَةٌ.
-         Tambah انِ atau يْنِ, menjadi: طَالِبٌانِ atau طَالِبٌيْنِ atau طَالِبَةٌانِ atau طَالِبَةٌيْنِ 
-         Mengubah baris huruf sebelum انِ atau يْنِ kepada baris َ . maka menjadi طَالِبَانِ atau طَالِبَيْنِ atau طَالِبَةَانِ atau طَالِبَةَيْنِ 
-         Apabila bentuk mufradnya diambil dari mufrad muannas maka ta’ marbuthah  (ة/ـــة)  mesti diganti dengan ta’ mabsuthah/maftuhah (ت), maka menjadi طَالِبَتَانِ atau طَالِبَتَيْنِ 
3)      Isim Jama’ adalah Isim yang mengandung makna lebih dari dua, contoh:طَالِبُوْنَ (beberapa orang siswa), طُلاَّبٌ (beberapa orang siswa,  طَالِبَاتٌ (beberapa orang siswi).
Jama’ ada tiga macam, yaitu:
a)      Jama’ Muzakkar Salim adalah bentuk mufrad yang mendapat tambahan وْنَ atau يْنَ diakhir bentuk mufrad tersebut dan mengganti baris huruf sebelum وْنَ dengan ُ atau يْنَ dengan ِ , contoh: طَالِبُوْنَ bentuk mufradnya adalah طَالِبٌ . Cara membuat jama’ muzakkar salim:
-         Ambil bentuk mufrad, seperti:  طَالِبٌ
-         Tambah وْنَ atau يْنَ di akhirnya, seperti: طَالِبٌوْنَ/ طَالِبٌيْنَ
-         Mengubah baris huruf sebelum وْن menjadi ُ, maka jadilah طَالِبٌوْن menjadi طَالِبُوْن dan  mengubah baris sebelum  يْنَ  menjadi ِ, maka   طَالِبٌيْنَ menjadi طَالِبِيْنَ.
b)      Jama’ Mu’annas Salim adalah bentuk mufrad yang mendapat tambahan atau ganti ات di akhir bentuk mufrad tersebut, contoh: طَالِبَاتٌ bentuk mufrad muzakkar-nya adalah طَالِبٌ.
Cara membuat jama’ mua’nnas salim:
1.      Jika diambil dari bentuk mufrad muzakkar, maka berlaku cara sebagai berikut:
-         Ambil bentuk mufrad muzakkar-nya, seperti: طَالِبٌ
-         Tambah ات diakhirnya, seperti: طَالِبٌاتٌ
-         Berlaku seperti cara membuat jama’ muzakkar salim diatas, maka jadilah طَالِبَاتٌ.
2.      Jika diambil dari bentuk mufrad mu’annas, maka berlaku cara sebagai berikut:
-         Ambil bentuk mufrad muannas-nya, seperti: طَالِبَة
-         Ganti ـــةٌ dengan ات, maka jadilah طَالِبَاتٌ.
c)       Jama’ Taksir adalah bentuk mufrad yang berubah bentuk, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
-         Adakalanya bentuk mufrad tersebut bertambah, seperti: أَقْلاَمٌ (beberpa buah pena), bentuk mufrad-nya adalah قَلَمٌ . Diketahui bahwa ada penambahan أ diawal dan ا diantara huruf ل dan م.
-         Adakalanya bentuk mufrad tersebut berkurang, seperti: رُسُلٌ (beberapa utusan), bentuk mufradnya adalah رَسُوْلٌ (satu utusan). Diketahui bahwa ada pengurangan huruf وْ diantara huruf س dan ل.
-         Adakalanya bentuk mufrad tersebut berubah baris, seperti: أُسُدٌ (beberapa ekor singa), bentuk mufadnya adalah أَسَدٌ (seekor singa). Diketahui bahwa ada perubahan baris َ kepada ُ pada huruf أ dan س.
Dilihat dari segi makna ada dua, yaitu:
1)      Isim Ma’rifah adalah isim yang mengandung makna khusus, isim ma’rifah ada tujuh macam, yaitu:
-         Isim ‘Alam (nama orang, nama daerah, dan sebagainya), contoh: مُحَمَّدٌ , Diketahui bahwa مُحَمَّدٌ adalah Rasulullah saw. tidak mungkin مُحَمَّدٌ selain Rasulullah saw.
-         Isim Dhamir (kata ganti orang), contoh: أَنْتَ (engkau). Diketahui bahwa apabila ada orang yang mengatakan أَنْتَ kepada seseorang, orang itu tidak mungkin menganggap bahwa yang ditunjuk itu orang lain.
-         Isim Isyarah (kata tunjuk), contoh: هَذَا (ini). Diketahui bahwa apabila ada orang yang mengatakan هَذَا kepada sesuatu, kita menganggap bahwa yang ditunjuk itu yang lain.
-         Isim Maushul (kata penghubung), contoh: اَلّذِيْ (yang).
-         Isim yang ber-alif lam, contoh: اَلْمَسْجِدُ (mesjid itu).
-         Isim yang Bergabung dengan Isim ‘alam, isim dhamir, isim isyarah, isim maushul dan dengan isim yang ber-alif lam, contoh: رَسوْلُ اللهِ (utusan Allah). Diketahui bahwa isim yang bergabung itu adalah رَسوْل dan الله adalah isim yang ber-alif lam.
-         Isim yang didahului oleh oleh huruf nida’, contoh: يَارَجُلٌ (wahai laki-laki).
2)      Isim Nakirah adalah isim yang mengandung makna umum, contoh: بَابٌ (pintu), apabila dikatakan بَابٌ, masih ada pertanyaan dalam pikiran; pintu yang mana?.
Dilihat dari segi jenis ada dua, yaitu:
(1)    Isim Muzakkar adalah isim yang tidak memiliki tanda mu’annas, contoh: بَيْتٌ (rumah), diketahui bahwa contoh ini tidak mengandung tanda mu’annas.
Muzakkar ada dua, yaitu:
-         Muzakkar hakiki (manusia dan hewan), contoh: رَجُلٌ (laki-laki), طَيْرٌ (burung).
-         Muzakkar majazi (dihukumkan), contoh: بَدْرٌ.
(2)    Isim Mu’annas adalah isim yang memiliki tanda mu’annas, contoh: اَلْبَقَرَةُ (lembu betina). Diketahui bahwa اَلْبَقَرَةُ adalah isim mu’annas karena memiliki tanda mua’nnas yaitu ta’ marbuthah (ة/ـــة).
Mu’annas ada empat, yaitu:
-         Mu’annas lafzhi (mu’annas yang memiliki tanda), contoh: هُرَيْرَةُ أبُوْ (nama salah seorang ulama hadis), diketahui bahwa  هُرَيْرَةُ أبُوْ adalah muannas lafzhi karena ia memiliki tanda muannas walaupun dia seorang laki-laki.
-         Mu’annas Ma’nawi (secara makna), contoh: هِنْدٌ (nama Istri Abu Sufyan), diketahui bahwa هِنْد adalah mu’annas ma’nawi walaupun tidak memiliki tanda muannas.
-         Mu’annas hakiki, contoh: امْرَأَةٌ (perempuan).
-         Mu’annas majazi, contoh:  عَيْنٌ (mata). Diketahui bahwa عَيْنٌ adalah mu’annas majazi karena عَيْنٌ merupakan isim yang berpasangan.
Isim dilihat dari segi bina ada dua, yaitu:
1)      Isim Mu’rab adalah isim yang mengalami perubahan baris akhirnya karena masuk ‘amil yang bisa merubah baris awalnya, contoh: مِنَ اْلمَسْجِدِ (dari mesjid), awalnya adalah: مِنْ dan   اْلمَسْجِدُ . karena اْلمَسْجِدُ adalah isim yang mu’rab maka yang awalnya دُ menjadi دِ karena masuk مِن .
2)      Isim Mabni adalah isim yang tidak mengalami perubahan baris akhirnya walaupun masuk ‘amil yang bisa merubah (barisnya tetap). Contoh: مِنْ أَيْنَ...؟ (darimana....?). diketahui bahwa أَيْنَ adalah isim mabni karena walaupun dimasuki oleh مِن baris نَ tetap bukan berubah menjadi نِ.
Yang termasuk isim mu’rab dan isim mabni:
Semua isim adalah mu’rab kecuali sebelas macam isim, isim yang sebelas ini adalah termasuk isim mabni, yaitu:
-         Isim dhamir, contoh: مِنْهُ (darinya).
-         Isim isyarah, contoh: كَذَلِكَ (seperti itu).
-         Isim maushul, contoh: الذي
-         Isim istifham (kata tanya), contoh: هَلْ  (adakah).
-         Isim syarat, contoh: إِذَا (jika).
-         Isim fi’il (isim yang bermakna fi’il), contoh: أَمِيْنَ (perkenankanlah).
-         Isim bunyi, contoh: وَيْه (bunyi orang yang sedang capek).
-         Isim ‘alam (nama orang-orang asing), contoh: أَنْطَا (Anto).
-         Sebagian zharaf (apabila tidak bergabung dengan isim yang lain atau tidak ber-alif lam, contoh: صَبَاحَ (pagi-pagi).
-         Isim alam yang diakhiri dengan وَيْه.
Isim dilihat dari segi asalnya ada dua, yaitu:
a.       Isim Jamid adalah Isim yang tidak diambil dari Fi’il (bukan isim hasil tashrif-an). Contoh: حَجَرٌ (batu).
b.      Isim Musytaq adalah Isim yang diambil dari Fi’il (isim hasil tashrif-an). Contoh: عَالِمٌ (orang yang mengetahui).
Isim musytaq ada sepuluh macam, yaitu:
1)      Mashdar (isim yang berasal dari tashrif fi’il yang ketiga) dan Isim Mashdar, contoh: عِلْمًا (pengetahuan)-عَلاَمَةً (tanda).
2)      Isim Fa’il adalah isim yang berasal dari tasrif fi’il yang keempat, contoh: عَالِمٌ
3)      Isim maf’ul adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang kelima, contoh: مَعْلُوْمٌ (yang diketahui).
4)      Sifat Musyabbahah, contoh: قَرِيْبٌ (dekat).
5)      Mubalaghah Isim Fa’il adalah isim fa’il yang mengandung makna “sangat atau yang semisal”, contoh: غَفَّارٌ (maha pengampun).
6)      Isim Tafdhil adalah isim yang mengandung makna “lebih” atau “paling”, contoh: أَجْمَلُ (lebih cantik).
7)      Isim zaman adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang  kedelapan, contoh: مَدْخَلٌ (waktu masuk).
8)      Isim makan adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang kesembilan, contoh: مَخْرَجٌ (tempat keluar).
9)      Mashdar mimiy, contoh: مُطْلَقٌ (semata-mata).
10)  Isim alat adalah isim yang berasal dari tashrif fi’il yang kesepuluh, contoh:  مِصْبَاحٌ (lampu-alat penerang-).
Isim dilihat dari segi boleh atau tidaknya bertanwi ada dua, yaitu:
a.       Isim yang boleh bertanwin, seperti: بَحْرٌ (lautan).
b.      Isim yang tidak boleh bertanwin, seperti: يُوْسُفُ (Nabi Yusuf).
2.      Fi’il (فعل)
a.      Pengertian Fi’il
Fi’il adalah segala sesuatu yang mengandung makna sendiri dan berkaitan dengan masa atau waktu.
b.      Tanda-tanda Fi’il
Fi’il mempunyai Enam tanda, yaitu:
1.      Didahului oleh قَدْ , tanda ini masuk pada Fi’il Madhi dan Mudhari’ saja, jika masuk pada fi’il madhi maka berarti “sungguh”, contoh: قَدْ قَامَ (sungguh ia telah berdiri). Diketahui bahawa قَامَ adalah fi’il karena didahului oleh قَدْ . Dan jika masuk pada fi’il mudhari’ berarti “kadang-kadang”, contoh:
 قَدْ يُصَلِّى (kadang-kadang dia shalat). Diketahui bahwa يُصَلِّى adalah fi’il karena didahului oleh قَد.
2.      Didahului oleh سِيْن , tanda ini khusus untuk fi’il mudhari’ saja, tanda ini bermakna untuk masa akan datang yang dekat, contoh: سَيَعْلَمُ (-sebentar lagi-dia akan mengetahui). Diketahui bahwa يَعْلَم adalah fi’il karena didahului oleh سِيْن.
3.      Didahului oleh سَوْفَ , tanda ini khusus untuk fi’il mudhari’ saja, tanda ini bermakna untuk masa akan datang yang jauh, contoh: سَوْفَ يَعْلَمُ (-nanti-dia akan mengetahui). Diketahui bahwa يَعْلَمُ adalah fi’il karena didahului oleh سَوْفَ.
4.      Terdapat ta’ sukun untuk mu’annas, tanda ini khusus untuk fi’il madhi saja, contoh: قَامَتْ , (dia-perempuan-telah berdiri). Diketahui bahwa قَامَ adalah fi’il karena terdapat تْ padanya.
5.      Terdapat ta’ dhamir sebagai subjek fi’il, contoh: قَرَأْتَ (engkau telah membaca). Diketahui bahwa قَرَأْ adalah fi’il karena terdapat ta’ dhamir sebagia subjek fi’il yaitu  تَ.
6.      Terdapat Nun Taukid (nun yang bermakna “sungguh”), contoh: نَكُوْنَنَّ...... (-sungguh- kami akan menjadi......). Diketahui bahwa نَكُوْنَ adalah fi’il karen terdapat nun taukid padanya yaitu نَّ.
Nun Taukid itu ada dua macam, yaitu Nun Taukid Khafifah (نْ), contoh: يَكْتُبَنْ dan Nun Taukid Tsaqilah (seperti contoh diatas).
c.      Pembagian Fi’il

3.      Huruf (حرف)




[1]Huruf Jar: , إِلَى, عَنْ..... مِنْ , Huruf Sumpah: اَلْوَاوْ, البَاءُ, التاء , dan seperti Zharaf: .....أَمَامَ
[2]Sebagian tanda-tanda Isim di atas dalam satu kata hanya boleh satu tanda, hukum ini berlaku pada:
a.        Tanda Isim yang menceritakan tentang subjek suatu perbuatan.
b.     Apabila sudah ber-alif lam, maka tidak boleh ber-tanwin, dan sebaliknya.
[3]Untuk penggunaan  antara ان atau ين akan dibahas pada pembahasan I’rab.